1.1 Tanaman Lada
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Lada
Lada (Piper
nigrum L.) merupakan salah satu komoditi ekspor potensial di Indonesia.
Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai
komoditi perdagangan. Pada masa lampau harga lada sangat tinggi sehingga
menjadi salah satu pemicu penjelajahan bangsa Eropa ke Asia Timur untuk
menguasai perdagangan, dan merupakan bagian dari sejarah kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika
(Sarpian, 2003).
Indonesia mulai
mengembangkan usaha tani lada dalam skala besar dengan pusat produksi di daerah
Lampung, Pulau
Bangka, dan Belitung.
Lada disebut sahang dalam bahasa Melayu Lokal seperti,
bahasa Banjar, Melayu Belitung, Melayu Sambas, dan lain-lain.
Klasifikasi
tanaman lada adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae (Plants)
Divison :
Spermatophyta (Seed plants)
Class :
Angiospermae
Subclass : Monocotyledonae
Order :
Piperales
Family :
Piperaceae
Genus :
Piper
Species :
Piper Nigrum L.
2.1.2
Morfologi Tanaman Lada
Secara morfologi,
tanaman lada dapat dideskripsikan sebagai berikut:
A.
Akar
Lada memiliki dua jenis akar, yaitu
akar lekat dan akar utama. Akar lekat terletak pada buku batang orthotrop,
berada di permukaan tanah dan berfungsi untuk melekatkan tubuh tanaman pada
tajarnya. Akar utama terletak pada batang yang tertanam dalam tanah, memiliki
akar cabang dan akar rambut yang berfungsi sebagai alat transportasi dan
penyerapan zat-zat makanan dari dalam tanah (Sarpian, 2003).
B.
Batang
Batang lada memiliki dua jenis
percabangan, yaitu cabang orthotrop
dan plagiotrop. Cabang orthotrop tumbuh dari ketiak daun pada
buku batang di atas permukaan tanah. Cabang orthotrop
tumbuh mengarah ke atas, tidak memiliki bunga, dan ditumbuhi sedikit akar
lekat. Cabang ini dapat dijadikan bibit, namun kelemahan dari bibit asal cabang
orthotrop adalah pertumbuhan dahan
yang menjadi tempat pertumbuhan malai bunga sulit terjadi dan buah yang
dihasilkan kurang maksimal meskipun pemupukan cukup (Sarpian, 2003).
Cabang plagiotrop adalah cabang yang tumbuh pada cabang orthotrop, sehingga berjumlah banyak.
Cabang plagiotrop tumbuh ke arah
samping (lateral) dan dapat mengeluarkan malai bunga atau buah, sehingga
disebut cabang-cabang buah (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
C.
Daun
Tanaman lada
termasuk pada tanaman berdaun tunggal, setiap buku ditumbuhi hanya sehelai
daun. Daun berbentuk bulat telur dan meruncing pada bagian ujung. Permukaan
atas daun berwarna hijau tua mengilap, sedangkan permukaan bawah berwarna hijau
pucat dan buram. Daun tumbuh pada batang dan dahan berselingan dan berhadapan
dengan malai bunga (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
2.1.3
Syarat Tumbuh
Tanaman Lada
Habitat tanaman lada adalah daerah yang
beriklim tropis dengan kondisi yang datar dan curah hujan yang cukup sepanjang
tahun. Tanaman lada
tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian di bawah 600 mdpl, curah hujan
minimal 2.200 mm per tahun dan maksimal 5.000 mm per tahun, suhu udara berkisar
20o – 35o
C, dan kelembaban udara antara 60%-93% (Sarpian, 1999).
Lahan budidaya lada bertekstur liat
berdebu dengan kedalaman solum mencapai 50 cm, pH tanah berkisar antara 6-7
dengan drainase dan kelembaban tanah yang terjaga dengan baik. Drainase diperlukan
untuk menghindari genangan yang mengakibatkan pembusukan akar terutama pada
tanaman muda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
2.1.4
Perbanyakan
Bibit Tanaman Lada
Perbanyakan
bibit tanaman lada dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu generatif dan vegetatif.
Perkembangbiakan generatif adalah perbanyakan bibit dengan cara menumbuhkan
buah/biji yang sudah masak hingga memiliki daun dan akar sehingga memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bibit. Namun, perbanyakan secara generatif ini jarang dilakukan oleh petani
karena memerlukan ketelitian dan tahapan pembibitan yang lama dan rumit, waktu
berbuah bibit asal biji lebih lama dibandingkan dengan bibit asal setek batang. Meskipun
demikian, perkambengbiakan secara generatif diperlukan jika tanaman akan
dikembangkan di lokasi yang belum pernah ditanami lada sebelumnya (Sugiatno, 2003).
Perkembangbiakan
vegetatif adalah perbanyakan bibit melalui bagian tanaman itu sendiri, kecuali
buah/biji. Pada tanaman lada, perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan setek
batang, sambungan, maupun okulasi, namun cara yang
biasa dilakukan oleh petani adalah setek batang. Penyetekan tidak dapat
dilakukan pada sembarang pohon induk. Pohon induk harus dipilih menurut
syarat-syarat tertentu, antara lain :
a.
Berumur antara 8-12 bulan
b.
Sehat (tidak terserang hama dan
penyakit)
c.
Memiliki diameter batang berukuran 7-10
mm
d.
Sifat-sifat vegetatifnya telah
diketahui, yaitu umur mulai berbuah pendek, produksi tinggi, dan berumur
panjang.
Yudhono (2005) menuliskan bahwa bibit setek dari
pohon induk yang berumur
lebih dari 12 bulan tidak akan memberikan hasil yang baik karena pertumbuhan tunas baru lambat.
Sebaliknya, bibit setek dari pohon induk yang berumur kurang dari 8 bulan akan mudah mati.
Penyetekan harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu pada saat sinar matahari
tertutup awan sekitar pukul 05.30-08.30 pagi hari atau pukul 16.00-18.00 sore
hari.
Pemotongan pada bibit lada sengaja
dilakukan dengan menyisakan minimal dua dahan pada bagian ujung batang agar
proses fotosintesis tetap dapat berlangsung sehingga tumbuh tunas baru. Setelah
pemotongan bibit harus segera ditanam, atau bila harus disimpan maka bibit
harus disemaikan di tempat yang teduh dengan pangkal bibit ditutup dedaunan/seresah secara merata,
kemudian dilakukan penyiraman sehari sekali. Sebagai indikator dalam penelitian ini digunakan tanaman
lada dari varietas Natar 1 yang telah lazim dibudidayakan oleh masyarakat
Lampung. Varietas Natar 1 memunyai beberapa sifat unggul yaitu, daya adaptasi
terhadap cekaman air sedang, kelebihan air sedang, dan tahan
terhadap penyakit busuk pangkal batang (BPB) dan penggerek batang (Lophobaris piperis) (BPTP Lampung, 2010).
No comments:
Post a Comment