Saturday, March 23, 2013

Lada



1.1     Tanaman Lada
2.1.1   Klasifikasi Tanaman Lada
Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu komoditi ekspor potensial di Indonesia. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan. Pada masa lampau harga lada sangat tinggi sehingga menjadi salah satu pemicu penjelajahan bangsa Eropa ke Asia Timur untuk menguasai perdagangan, dan merupakan bagian dari sejarah kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika (Sarpian, 2003).
Indonesia mulai mengembangkan usaha tani lada dalam skala besar dengan pusat produksi di daerah Lampung, Pulau Bangka, dan Belitung. Lada disebut sahang dalam bahasa Melayu Lokal seperti, bahasa Banjar, Melayu Belitung, Melayu Sambas, dan lain-lain.
Klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae (Plants)
Divison            : Spermatophyta (Seed plants)
Class                : Angiospermae
Subclass          : Monocotyledonae
Order               : Piperales
Family             : Piperaceae
Genus              : Piper
Species            : Piper Nigrum L.
2.1.2   Morfologi Tanaman Lada
Secara morfologi, tanaman lada dapat dideskripsikan sebagai berikut:
A.    Akar
Lada memiliki dua jenis akar, yaitu akar lekat dan akar utama. Akar lekat terletak pada buku batang orthotrop, berada di permukaan tanah dan berfungsi untuk melekatkan tubuh tanaman pada tajarnya. Akar utama terletak pada batang yang tertanam dalam tanah, memiliki akar cabang dan akar rambut yang berfungsi sebagai alat transportasi dan penyerapan zat-zat makanan dari dalam tanah (Sarpian, 2003).
B.     Batang
Batang lada memiliki dua jenis percabangan, yaitu cabang orthotrop dan plagiotrop. Cabang orthotrop tumbuh dari ketiak daun pada buku batang di atas permukaan tanah. Cabang orthotrop tumbuh mengarah ke atas, tidak memiliki bunga, dan ditumbuhi sedikit akar lekat. Cabang ini dapat dijadikan bibit, namun kelemahan dari bibit asal cabang orthotrop adalah pertumbuhan dahan yang menjadi tempat pertumbuhan malai bunga sulit terjadi dan buah yang dihasilkan kurang maksimal meskipun pemupukan cukup (Sarpian, 2003).
Cabang plagiotrop adalah cabang yang tumbuh pada cabang orthotrop, sehingga berjumlah banyak. Cabang plagiotrop tumbuh ke arah samping (lateral) dan dapat mengeluarkan malai bunga atau buah, sehingga disebut cabang-cabang buah (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
C.     Daun
         Tanaman lada termasuk pada tanaman berdaun tunggal, setiap buku ditumbuhi hanya sehelai daun. Daun berbentuk bulat telur dan meruncing pada bagian ujung. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilap, sedangkan permukaan bawah berwarna hijau pucat dan buram. Daun tumbuh pada batang dan dahan berselingan dan berhadapan dengan malai bunga (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
2.1.3   Syarat Tumbuh Tanaman Lada          
Habitat tanaman lada adalah daerah yang beriklim tropis dengan kondisi yang datar dan curah hujan yang cukup sepanjang tahun. Tanaman lada tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian di bawah 600 mdpl, curah hujan minimal 2.200 mm per tahun dan maksimal 5.000 mm per tahun, suhu udara berkisar 20o – 35o C, dan kelembaban udara antara 60%-93% (Sarpian, 1999).
Lahan budidaya lada bertekstur liat berdebu dengan kedalaman solum mencapai 50 cm, pH tanah berkisar antara 6-7 dengan drainase dan kelembaban tanah yang terjaga dengan baik. Drainase diperlukan untuk menghindari genangan yang mengakibatkan pembusukan akar terutama pada tanaman muda (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
2.1.4   Perbanyakan Bibit Tanaman Lada
Perbanyakan bibit tanaman lada dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu generatif dan vegetatif. Perkembangbiakan generatif adalah perbanyakan bibit dengan cara menumbuhkan buah/biji yang sudah masak hingga memiliki daun dan akar sehingga memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bibit. Namun, perbanyakan secara generatif ini jarang dilakukan oleh petani karena memerlukan ketelitian dan tahapan pembibitan yang lama dan rumit, waktu berbuah bibit asal biji lebih lama dibandingkan dengan bibit asal setek batang. Meskipun demikian, perkambengbiakan secara generatif diperlukan jika tanaman akan dikembangkan di lokasi yang belum pernah ditanami lada sebelumnya (Sugiatno, 2003).
Perkembangbiakan vegetatif adalah perbanyakan bibit melalui bagian tanaman itu sendiri, kecuali buah/biji. Pada tanaman lada, perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan setek batang, sambungan, maupun okulasi, namun cara yang biasa dilakukan oleh petani adalah setek batang. Penyetekan tidak dapat dilakukan pada sembarang pohon induk. Pohon induk harus dipilih menurut syarat-syarat tertentu, antara lain :
a.       Berumur antara 8-12 bulan
b.      Sehat (tidak terserang hama dan penyakit)
c.       Memiliki diameter batang berukuran 7-10 mm
d.               Sifat-sifat vegetatifnya telah diketahui, yaitu umur mulai berbuah pendek, produksi tinggi, dan berumur panjang.
Yudhono (2005) menuliskan bahwa bibit setek dari pohon induk yang berumur lebih dari 12 bulan tidak akan memberikan hasil yang baik karena pertumbuhan tunas baru lambat. Sebaliknya, bibit setek dari pohon induk yang berumur kurang dari 8 bulan akan mudah mati. Penyetekan harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu pada saat sinar matahari tertutup awan sekitar pukul 05.30-08.30 pagi hari atau pukul 16.00-18.00 sore hari.
Pemotongan pada bibit lada sengaja dilakukan dengan menyisakan minimal dua dahan pada bagian ujung batang agar proses fotosintesis tetap dapat berlangsung sehingga tumbuh tunas baru. Setelah pemotongan bibit harus segera ditanam, atau bila harus disimpan maka bibit harus disemaikan di tempat yang teduh dengan pangkal bibit ditutup dedaunan/seresah secara merata, kemudian dilakukan penyiraman sehari sekali. Sebagai indikator dalam penelitian ini digunakan tanaman lada dari varietas Natar 1 yang telah lazim dibudidayakan oleh masyarakat Lampung. Varietas Natar 1 memunyai beberapa sifat unggul yaitu, daya adaptasi terhadap cekaman air sedang, kelebihan air sedang, dan tahan terhadap penyakit busuk pangkal batang (BPB) dan penggerek batang (Lophobaris piperis) (BPTP Lampung, 2010).

No comments:

Post a Comment